Mental Health
Mental Health adalah sebuah masalah kesehatan yang kebanyakan diderita oleh para remaja, terutama para Gen Z. Menurut Kemenkes (Kementerian Kesehatan) sendiri, sebanyak 6,1% penduduk berusia 15 tahun ke atas mengalami Mental Health.
Pertanyaan yang menjadi dasar penulisan artikel ini, “Mengapa banyak Gen Z yang mengalami Mental Health”? Padahal, kehidupan Gen Z bisa dibilang lebih enak dari generasi sebelumnya,karena hidup di era yang serba instan.
Justru karena instan itulah, banyak Gen Z yang mengalami masalah pada mental health dan membuat Gen Z layaknya strawberry atau yang kita kenal dengan sebutan “Strawberry Generation”.
Di Indonesia sendiri, “Strawberry Generation” pertama kali dicetuskan oleh Rhenald Kasali. Beliau adalah seorang ekonom dan profesor di Indonesia serta beliau juga meneliti bahwa Gen Z adalah generasi yang cerdas, tetapi juga rapuh!
Karena Gen Z ini, capek sedikit butuh healing. Lalu, merasa paling terbebani dan mental tempe alias lemah! Ditambah lagi, banyak Gen Z yang sering melakukan Self Diagnose yang membuat pikiran mereka makin kacau.
Apa itu Self Diagnose
Self Diagnose adalah mendiagnosis diri sendiri bahwa mengidap sebuah gangguan secara mandiri tanpa adanya pendampingan. Contoh simpel, kamu berpikir bahwa kamu mengidap Multiple Personality Disorder karna merasa tidak mampu mengelola stres.
Apakah hal ini salah??
Ya jelas salah!! Diagnosis mental health sangat membutuhkan pendampingan, agar kamu tidak tenggelam dalam asumsi liar mu sendiri. Maka dari itu, butuh pendampingan agar kamu bisa mengambil metode pengobatan yang benar.
Semua remaja pasti pingin terbebas dari masalah mental health! Soalnya itu salah satu hal yang menghambat kita untuk maju! Betul kan??? Itulah mengapa, penting sekali untuk tau cara mengatasi dan menemukan sumber masalah yang kamu alami.
Kamu pasti ga mau kan mendiagnosis diri mu sendiri, apalagi cari informasi yang belum dipastikan kebenarannya??
Berikut ini dampak negatif dari Self Diagnose:
- Pikiran menjadi kacau.
- Kemungkinan besar, makin memperburuk keparahan suatu penyakit yang sebenarnya kamu derita.
- Muncul sikap Self Harm atau perilaku menyakiti diri sendiri.
Dilansir Valley Behavioral, perilaku self harm adalah upaya menyakiti diri sendiri dengan sengaja. Biasanya cara ini dianggap bisa mengatasi rasa sakit emosional, frustrasi, dan amarah yang dirasakan seseorang.
Sebagian besar pelakunya bahkan menganggap bahwa self harm bisa memberikan rasa damai setelah dilakukan. Sayangnya hal ini biasanya juga diikuti oleh rasa bersalah dan malu yang intens. Jika tidak segera diatasi, maka ini dapat menimbulkan cedera yang fatal
Maka dari itu, kita perlu memahami Tanda-Tanda Sef Harm. Siapa tahu, teman terdekatmu mengalami hal seperti ini.
Tanda-Tanda Self Harm dari Sisi Pelaku:
Tidak 100 persen selalu ditunjukan dengan ciri-ciri berikut, namun adakalanya jenis perilaku di bawah ini menjadi pertanda bahwa seseorang sedang melakukan self harm:
- Berdalih bahwa cedera terjadi akibat kecelakaan dan tidak disengaja.
- Sering menghabiskan waktu sendirian.
- Terlihat kesulitan menjalani persahabatan.
- Menyimpan benda tajam atau alat untuk melukai diri sendiri.
- Menarik diri dari aktivitas yang pernah dinikmati.
- Perilaku impulsif yang tidak dapat diprediksi.
Jika sudah mengetahui tanda-tanda di atas, maka berikut ini adalah
Cara Mengatasi Self Harm:
- Jauhkan benda yang dapat melukai kamu.
- Ceritalah kepada orang terdekat.
- Isi waktu luang dengan hal yang bermanfaat.
- Menulis jurnal harian.
- Olahraga.
- Berkunjung ke psikiater.
Perilaku seperti ini JANGAN PERNAH DISEPELEKAN! Karna bisa sangat berbahaya bagi sang korban. Selalu ingat, jika ada yang mengalami hal diatas segera ke Psikiater!
Aku harap kamu suka membaca tulisan ini dan bisa memberi manfaat yang berguna untuk kamu semua. Jika ada hal-hal yang ingin disampaikan langsung saja tulis di kolom komentar atau langsung ke akun Instagram @anomfarmm. Ku tunggu pesan dari kalian yaaaa!